BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam masyarakat tentu harus ada
istilah pergaulan antar sesama dan itu terjadi karena adanya bentuk-bentuk
aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan
oleh unsur-unsur lain dalam lingkunan sosial yang merupakan kesatuan. Oleh
karena itu dalam bergaul dan berinteraksi sesama masyarakat perlu adanya
nilai-nilai, norma-norma cara-cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan
bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia. Masyarakat
disebut pula kesatuan sosial karena mempumyai ikatan-ikatan kasih sayang yang
erat.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis
merumuskan beberapa rumusan masalah diantaranya:
1.
Bagaimana
pertambahan penduduk dan migrasi ?
2.
Bagaimana
pembagian kerja dan masyarakat ?
3.
Bagaimana
perkembangan kebudayaan ?
4.
Apa
pranata-pranata dan institusionalisasi ?
C. Tujuan
Masalah
Masalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
pertambahan penduduk dan migrasi.
2.
Mengetahui
pembagian kerja dan masyarakat.
3.
Mangetahui
perkembangan kebudayaan.
4.
Mengetahui
pranata-pranata dan institusionalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertambahan Penduduk dan Migrsasi
Dalam buku Masalah Penduduk karangan Claudio Esteva Fabengat dan S. Gopinathan
di sebutkan “ Jam bedetak. Tiap detik
muncul dua mulut tambahan untuk diberi makan, tiap hari tedapat kelebihan
kelahiran 200.000 ketimbang kematian. Sehingga tiap bulan bertmbah enam juta
lebih. Menurut perhitungan terakhir tambqahan penduduk dunia dalam setahun,
lebih dari 74 juta orang. Dan kenaikannya bertambah besar tiap tahun.
Kalau jumlah penduduk dunia
bertambah terus tanpa kendali sementara daya dukung bagi pemenuhan kebutuhannya
tidak diperhatikan. Populasi yang besar dapat menjadi potensi yang besar bagi
pembangunan suatu bangsa. Tapi dengan memperhatikan kuantitas saja tanpa
disertai dengan upaya meningkatkan kualitas justru akan menjadi bumerang bagi
pembangunan, sebab akan mempermudah datangnya keresahan dan gejolak sosial
bahkan bias menjurus kearah timbulnya ketegangan politik yang menancam
eksistensi negara. [1]
Keresahan dunia terhadap ledakan
penduduk yang pesat ini dikaitkan dengan faktor pendukung, yaitu ketersediaan
sarana, sumber daya dan iklim yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan bagi
jumlah penduduk yang bertambah itu. Persoalan-persoalan itu diantaranya adalah
hubungan antara sumber-sumber alam tersebutdan penduduk, ketidaksamaan keadaan
ekonomi antara negara sudah berkembang dan negara sedang berkembang, keberatan
pandangan agama terhadap bebeapa metode penawasan penduduk, rendahnya tingkat
pendidikan sebagian besar penduduk terutama dinegara-negara berkembang, adanya
kenyataan pluralitas budaya pada negara-negara tertentu, konteks kebudayaan, sosial
dan politik penduduk dan lain-lain.[2]
Problem kependudukan juga
menghantui masyarakat Indonesia sebagai
salah satu negara dunia ketiga yang sedang giat-giatnya memmbangun. Bila
dilihat penyebabnya maka beberapa faktor yang mendorong terjadinya problem
kependudukan tersebut baik secara kuantitatif ataupun kualitatif, antara lain:
1.
Kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban manusia terutama
dibidang teknologi baru, pelayanan kesehatan, pendidilan, komunikasi dan lain-lain.
2.
Dorongan
atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya didalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
3.
Keterbatasan
kemapuan dukungan alam dan sumber alam serta dukungan lainnya yang diperlukan.
4.
Keamanan
dan kestabilan Negara terutama setttelah pemerintah orde baru dengan titik
perhatian utama kepada usaha dibidang
pembangunan telah membawa penaruh terhadap tingkat kesejahteraan yang
lebih baik.[3]
Pertumbuhan penduduk merupakan
salah satu faktor penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah
penduduk khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi
penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah
atau negara bahkan dunia. Disamping itu apabila pertambahan penduduk tidask
dapat diimbangi dengan pertambahan fasilitas diatas akan menimbulkan
masalah-masalah. Misalnya akan bertambah tingginya angka penganguran dan
lain-lain.[4]
Pertumbuhan penduduk disuatu daerah
atau negara pada dasarnya dipengaruhi
faktor-faktor demografi sebagai berikut:
1.
Kematain
(Mortalitas)
2.
Kelahiran
(Fertilitas)
3.
Migrrasi
Ketiga faktor tersebut
diukur dengan tingkat/rate. Tingkat/rate ialah kejadian dari peristiwa yang
menyatukan dalam bentuk perbandingan. Biasanya perbandingan ini dinyatakan
dalam tiap 1000 penduduk.
Migrasi adalah gejala gerak
horizontal untuk pindah tempat tinggal dan pindahnya tidak terlalu dekat.
Melainkan melilntasi batas administrasi, pindah ke unit administrasi lain
misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara.[5]
Konsep migrasi diatas mengandung
pengertian sebagai perubahan tempat tinggal yang permanaen. Tidak memberikan
batasan pada jarak maupun sifat kepindahantersebut. Selain migrasi ada istilah
lain tentang dinamika penduduk yaitu mobilitas. Pengertian mobilitas lebih luas
daripada migrasi, sebab mobilitas mencakup perpindahan teritorial secara
permanen dan sementara. Sedangkan migrasi jika dikaitkan dengan unsur waktu
ditempat yang baru misalnya minimal 6 bulan atau satu tahun. Secara garis besar
migrasi di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu urbanisasi dan transmigrasi.[6]
Akibat migrasi ada tiga:
1.
Urbanisasi
(migrasidari desa ke kota) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat
mempengaruhi pola distribusi penduduk secara keseluruhan. Para urbanit
kebanyakan terdiri dari golongan muda yang memungkinkan pertumbuhan penduduk
yang pesat dikota, dan bagi pembanguan desanya sedikit banyak akan mempengaruhi
kelancaran.
2.
Migrasi
interregional di Indonesia kebanyakan dilaksanakan oleh mereka yang berumur
produktif dan kreatifitas tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka
pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar jawa.
3.
Migrasi
antar negara di Indonesia adal;ah sangat keecil dari hasil sensus penduduk pada
tahun 1971 sampai pada tahun 1980 migrasi masuk (imigrasi) hanya ada 0,61% dan
migrasi keluar (emigrasi) hanya sebesar 0,57% per tahun. Sehingga akibatnya
kurang nyata terhadap distribusi penduduk Indonesia.[7]
Migrasi yag lambat terjadi pada
kelompok manusia yang pindah dari Benua Asia ke Benua Amerika pada akhir Zaman
Glasial ke-4. Selama beribu-ribu tahun lamanya binatang maupun manusia mulai pindah ke
utara. Migrasi yang cepat dan mendadak di akibatkan oleh bermacm sebab,
misalnya: karena bencana alam, wabah, perubahan mata pencarian, dan peperangan
(pengungsi Vietnam). Ada juga yang disebabkan oleh peristiwa khusus, seperti
pelayaran bangsa Gina di Asia Timur dan Asia Tenggara, pelayaran bangsa Arab
dari Asia Barat ke Afrika Utara dan lain sebagainya. [8]
B.
Pembagian
Kerja dalam Masyarakat
Mata pencaharian,
kegiatan ekonomi, merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan
hidupnya dan memperoleh hidup yang layak. Corak dan macam aktivitas berbeda
sesuai dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan.[9]
Perbedaan dalam sistem mata pencaharian masyarakat ini disebbakan adanya
perbedaan sifat, bakat dan kemampuan seta tingkat kebudayaan setempat.
Menurut
Kontjaraningrat urutan sistem mata pencaharian hidup adalah:
1.
Berburu
dan meramu.
2.
Perikanan.
3.
Bercocok
tanam di ladang.
4.
Bercocok
tanam menetap.
Sedangkan
menurut Jones dan Darkenwald adalah:
1.
Pengumpulan.
2.
Perburuan.
3.
Perikanan,
4.
Peternakan
dan pertanian (farming).
5.
Kehutanan.
6.
Kerajinan
dan perusahaan rumah tangga (manufacturing).
7.
Industri,
pertambangan dan pengangkutan.
8.
Perdagangan
(trade).
Selain
itu aktivitas dari kelompok manusia juga dipengaruhi oleh:
1.
Kebutuhan
sosial.
2.
Kebutuhan
ekonomis dan politis.
3.
Keadaan
tingkat kebudayaan peduduk.
4.
Keadaan
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya.
Dengan
adanya komunikasi dan transportasi yang lancer menjadikan orang desa peka
terhadap perkembangan kota dan ini mendorong urbanisasi. Angka-angka tentang
pembagian kerja menurut statistik terlihat dalam tabel berikut ini:[10]
Nomor
|
Pekerjaan
|
Pesentase
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Bertani
Industri
Perdagangan
Jasa-jasa
Transportasi
Bangunan
Pertambangan
|
71,90
5,70
6,70
9,10
2,10
1,50
3,10
|
Angka-angka
diatas akan berubah bersama lajunya pertambahan penduduk dan pembangunan. Oleh
sebab itu pertumbuhan kesempatan kerja dalam masyarakat senantiasa berubah-ubah
.Pembagian kerja dalam masyarakat ini akan terjadi masalah besar, apabila
perkembangan dalam pertanian lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan
penduduk. Sebab masyarakat Indonesia sebagian besar dari tenag kerjanya terlihat
dalam bidang petanian, sedangkan dalam sektor-sektor lainnya hanya sebagian
kecil saja.[11]
C.
Perkembangan
Kebudayaan
Kebudayaan dan
masyarakat ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupkan bebtuk jamak
dari kata “buddhi” yang berarti budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan denan budi dan akal. [12]
Selo Soemarjan
dan Soelaeman Sumardi memberikan batasan kebudayaan sebagai semua hasil karya
rasa dan cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi kebudayaan kebendaan
atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan manusia untuk menguasai alam
sekelilingnya untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia
mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti luas.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang
hidup sebagai anggota masyarakat yang antara lain menghasilkan
filsafat-filasafat dan ilmu pengetahuan. Senua karya, rasa dan cipta dikuasai
oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaan agar sesuai dengan
kepentigan masyarakat.
Unsur kebudayaan
dari tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi kedalam suatu jumlah unsur
yang tak terbatas jumlahnya. Dari keseluruhan unsur yang merupakan suatu
kebudayaan yang bulat itu dapat terdiri atas unsur-unsur besar dan kecil..
Mengenai unsur
pokok darri kebudayaan tersebut ada
beberapa pandangan dari beberapa sarjana. Melvil Le Y. Herskovit mengajukan ada
empat unsur pokok dari kebudayaan yaitu:
1.
Alat-alat
teknologi.
2.
Sistem
ekonomi.
3.
Keluaga.
4.
Kekuasaan
politik.
Sarjana lain
yaitu C.Kluk Hohn menguraikan ulasan para sarjana mengenai pokok unsur dari
kebudayaan, antara lain:
1.
Peralatan
dan perlengkapan hidup manusia.
2.
Mata
pencaharian hidup dan sistem ekonomi.
3.
Sistem
kemasyarakatan.
4.
Bahasa.
5.
Kesenian.
6.
Sistem
pengetahuan.
7.
Religi.
Karena
pengertian kebudayaan diatas luas sekali, Kontjaraningrat merumuskan sedikitnya
ada tiga wujud kebudayaan:[13]
1.
Wujud
ide, gagasan, ilai-nilai, norma, dan peraturan.
2.
Wujud
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.
Wujud
benda-benda hasil karya manusia.
Ketiga wujud diatas
apabila dirinci secara khusus kedalam unsur-unsurnya, maka kebudayaan itu
sedikitnya ada tujuh unsur:
1.
Sistem
religi dan upacara keagamaan.
2.
Sistem
dan organisasi masyarakat.
3.
Sistem
pengetahuan.
4.
Bahasa.
5.
Kesenian.
6.
Sistem
mata pencaharian hidup.
7.
Sistem
teknologi dan peralatan.
Kebudayaan
mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya kalau berhubungan dengan orang lain.
D.
Pranata-pranata
dan Institusionalisasi
Pranata adalah
sistem pola sosial yang tersusun rapi dan bersifat permanen serta mengandung
peilaku-perilaku tertentu yang bersiafat kokoh dan terpadu demi pemuasan dan
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Pranata sosial adalah terjemahan dari
istilah asing “Social Institution”. Walaupun social institution, ada yang
menterjemahkan dengan istilah lembaga kemasyarakatan. Dipergunakan istilah
pranata sosial karena menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku
para masyarakat. Agar supaya hubungan antar manusia didalam suatu masyarakat
dapat terlaksana dengan baik maka dirumuskanlah norma-norma didalam masyarakat
yang bersangkutan. [14]
Norma-norma di
masyarakat mempunyai kekuatan mengikat berbeda-beda. Ada norma-norma yang
lemah, norma-norma sedamg, dan norma-noma yang kuat. Untuk dapat membedakan kekuatan
mengikat daripada norma-norma tersebut, dikenal dengan empat pengertian:
1.
Cara
(usage).
Cara
mempunyai kekuatan mngikat yang lebih lemah bila dibandingkan dengan kebiasaan.
Cara lebih menonjol di dalam hubungan individu dalam masyarakat.
2.
Kebiasaan
(folkways).
Kebiasaan
diartikan sebagai perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa orang banyak menyukai perbuatan itu.
3.
Tata
kelakuan (mores).
Tata
kelakuan adalah kebiasaan yang di terima sebagai norma-norma pengatur dan
mencerminkan sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas.
4.
Adat
istiadat (custom).
Adat
istiadat adalah norma yang sangat kuat daya pengikatnya, sehingga
angota-anggota masyarakat yang melanggarnya menerima sangsi yang sangat keras
yang kadang-kadang secara tidak langsung di perlakukannya. [15]
Norma-norma di
atas setelah mengalami suatu proses akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari
social institution yang disebut institusionalisasi.
Institusionalisasi
adalah perkembangan sistem yang teratur dari norma status dan peranan-peranan
yang ditetapkan yang di terima oleh masyarakat. Melalui institusionalisasi,
perilaku yang spontan dan semuanya diganti dengan perilaku yang teratur dan
direncanakan.[16]
Suatu
perkumpulan baru dinyatakan sebagai institusi bila didalamnya ada unsur-unsur
sistem yang teratur seperti yang dikemukakan oleh Loomis sebagai berikut:
1.
Kepercayaan.
2.
Sentimen.
3.
Tujuan.
4.
Norma.
5.
Status
peranan (kedudukan).
6.
Ranking.
7.
Power.
8.
Sanksi.
9.
Fasilitas.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa kalau jumlah penduduk dunia bertambah terus tanpa
kendali sementara daya dukung bagi pemenuhan kebutuhannya tidak diperhatikan.
Populasi yang besar dapat menjadi potensi yang besar bagi pembangunan suatu
bangsa. Tapi dengan memperhatikan kuantitas saja tanpa disertai dengan upaya
meningkatkan kualitas justru akan menjadi bumerang bagi pembangunan, sebab akan
mempermudah datangnya keresahan dan gejolak sosial bahkan bias menjurus kearah
timbulnya ketegangan politik yang menancam eksistensi negara. Pertumbuhan
penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam masalah sosial ekonomi
umumnya dan masalah penduduk khususnya.
Migrasi adalah
gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan pindahnya tidak terlalu
dekat. Melainkan melilntasi batas administrasi, pindah ke unit administrasi
lain misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara.
Kebudayaan dan
masyarakat ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupkan bebtuk jamak
dari kata “buddhi” yang berarti budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan denan budi dan akal.
Pranata adalah
sistem pola sosial yang tersusun rapi dan bersifat permanen serta mengandung
peilaku-perilaku tertentu yang bersiafat kokoh dan terpadu demi pemuasan dan
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Pranata sosial adalah terjemahan dari
istilah asing “Social Institution”. Walaupun social institution, ada yang
menterjemahkan dengan istilah lembaga kemasyarakatan.
[1] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 7
[2] Ibid hlm: 8
[3] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 9
[4] Ibid hlm: 10
[5] Ibid hlm: 19
[6] Ibid hlm: 20
[7] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 21
[8] M. Munandar Soelaeman, MS. Ilmu
Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Dasar (PT. Eresco Bandung 1995) hlm: 115
[9] Ibid hlm: 24
[10] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 27
[11] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 28
[12] Ibid hlm: 38
[13] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 41
[14] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 49
[15] Drs. H. Hartono, Dra. Arnicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Bumi Aksara Jakarta 1997) hlm: 50-51
[16] Ibid hlm: 55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar