Sabtu, 18 April 2015

hadits tentang jujur



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam kehidupan umat beragama kita sebagi umat islam harus senantiasa berbuat baik kepada sesama manusia. Terutama dalam melakukan aktifitas sehari-hari atau dalam berkomunikasi. Jujur merupakan salah satu sifat yang terpuji, dalam kehidupan kita, kita dituntut untuk berperilaku jujur baik dalam perkataan, perbuatan, dan lain sebagainya. Karena dalam kejujuran akan dapat menenangkan jiwa dan hati setiap pelakunya dan tentunya pula akan mendaptkan imbalan yang berupa pahala. Seharusnya perilaku jujur ini menjadi hiasan bagi perilaku setiap mukmin. Maka dari itu dalam makalah ini penulis membahasa tentang berperilaku jujur.
B.  Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana bunyi hadits tentang berperilaku jujur?
2.    Bagaimana kandungan hadist tersebut?
3.    Apa pengertian jujur?
4.    Bagaimana jujur dalam perilaku terpuji?
5.    Apa saja macam-macam jujur?
6.    Apa saja bagian terpenting dari perilaku jujur?
C.  Tujuan Masalah
Adapun tujuan permasalahannya adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui hadits tentang berperilaku jujur.
2.    Untuk mengetahui kandungan hadits tersebut.
3.    Untuk mengetahui pengertian jujur.
4.    Untuk mengetahui bagaimana jujur dalam perilaku terpuji.
5.    Untuk mengetahui macam-macam jujur.
6.    Untuk mengetahui bagian terpenting dari perilaku jujur.







BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hadits Berperliaku Jujur.

 
عن ابن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلي الله عليه وسلم قال : عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي الي البر وإن البر يهدي الي الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحري الصدق حتي يكتب عند الله صديقا, وإياكم من الكذب فإن الكذب يهدي الي الفجور وإن الفجور يهدي الي النار وما يزال الرجل يكذب و يتحري الكذب حتي يكتب عند االله كذابا. متفق عليه.

Artinya : berlaku jujurlah kamu karena sesungguhnya perbuatan jujur itu mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan pada surga. Dan hendaklah orang selalu berkata benar dan dia selalu memilih kebenaran sehingga ia dicatat disisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Dan jauhilah dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan pada kejelekan dan kejelekan itu menunjukkan pada neraka, dan orang yang senantiasa dusta dan memilih dusta akan dicatat disisi  Allah sebagai orang pendusta.[1]
B.  Kandungan Hadist.
Hadist ini memberikan pelajaran pada kita, bahwa Islam menjaga anak-anak dari didikan sifat dusta. Perlu diperhatikan betul, bahwa peristiwa sekecil apapun seperti menertawakan anak akan membiasakan dia berbuat dusta.[2]
C.  Pengertian Jujur.
Dalam bahasa arab kata jujur adalah terjemahan dari kata siddiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya dan perbuatan yang sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari perilaku terpuji. Sikap jujur merupakan sifat terpuji yang wajib menjadi hiasan bagi setiap pribadi muslim. Kejujuran merupakan senjata ampuh dalam menjalani hidup, dengan sifat jujur seseorang akan mendapatkan simpati dan penghargaan tersendiri di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.[3]
D.  Jujur Sebagai Perilaku Terpuji.
Perilaku terpuji (akhlakul karimah) adalah merupakan ciri kepribadian muslim yang sempurna. Seseorang muslim dikatakan memiliki kepribadian yang sempurna apabila telah tertanam dalam dirinya sifat-sifat dan perilaku terpuji. Perilaku terpuji dapat pula dikatakan sebagai pondasi yang mampu mendasari serta mengokohkan kepribadian suatu bangsa. Jadi perilaku terpuji itu harus dimiliki oleh setiap muslim karena pada dasarnya perilaku terpuji mencerminkan pribadi muslim yang baik. Adapun diantara macam-macam perilaku terpuji adalah jujur dan saling menyayangi.
Jujur berarti mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada dan melakukan sesuatu menurut apa mestinya. Tidak menambah-nambah dalam mengucapkan sesuatu dan tidak menguranginya, tidak membuat sesuatu yang tidak ada kenyataannya dan tidak mengurangi perlakuan yang hak. Segala hak dan kewajiban baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.[4]
Jujur adalah kebenaran, yaitu sesuai antara perkataan dan kenyataan yang ada dalam hati. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tetapi juga dalam setiap perilaku dan tingkah laku dan perilaku kita sehari-hari, bahkan dalam hal sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan kita diminta untuk jujur. Dalam hadits di atas disebutkan bahwasanya jujur itu dapat mengantarkan kita pada kebaikan dunia dan akhirat, yang nantinya akan membawa kita kesurga. Jadi dengan berkata dan berbuat jujur, kita sudah membuka jalan menuju surga.
Jujur dalam perkataan bisa disebut juga dengan memelihara lidah. Ucapan yang dikeluarkan oleh lidah menjadi ukuran derajat dan kemahiran seseorang. Dengan pembicaraan yang di ucapkan lidah dapat diukur pengetahuan dan buah pikiran pembicaraanya. Dapat diketahui adab dan budi pekertinya. Apakah ia sopan santun, pemarah, kasar, sombong, rendah hati, dan lain sebagainya.[5]
Sikap jujur akan menciptakan kedamaian dan ketentraman pada jiwa seseorang, dan menimbulkan suasana teduh dalam keluarga dan masyarakat. Jika setiap insan yang beriman berlaku jujur, maka setiap mukmin di dunia ini mendapat predikat dari Allah sebagai hamba yang jujur, niscaya kehidupan dunia ini akan terasa sejuk dan damai, terutama di kalangan mukmin itu sendiri. Oleh karena itu, setiap mukmin hendaknya mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat dusta, karena bagaimanapun juga perbuatan dusta itu akan menimbulkan kebimbangan pada diri sendiri, dan keragu-raguan pada orang  lain. Orang lain akan sulit mempercayai ucapan dan tindakan seseorang yang telah terbiasa berlaku dusta.[6]
Sifat jujur dengan seorang hamba akan mendapatkan ridha Allah dan cinta kasih. Sedangkan lawan jujur ialah dusta, dusta merupakan faktor pendorong kuatnya berbuat kemungkaran, dan menggelincirkan keneraka.[7]
Jujur merupaka sifat nabi. Tidak mungkin seorang nabi berbohong. Setiap kali Allah memuji para nabi-Nyadi dalam Al-Qur’an selalu menggambarkannya sebagai orang yang jujur.[8]
E.   Macam-macam Jujur.
Jujur di bagi menjadi tiga bagian. Yaitu:[9]
1.    Beri’tikad lurus
2.    Selalu berkata benar
3.    Lurus perbuatan.
Seorang mukmin hendaklah senantiasa berkata jujur hingga hatinya tidak berkeinginan untuk berdusta. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
“sesungguhnya yang mengada-ngadakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.”
 (QS. An Nahl ayat 105)
Berkata jujur merupakan pondasi agama, kehidupan umat dan faktor kemajuan mereka untuk bisa saling bahu-membahu, saling cinta kasih kepada sesama umat. Oleh sebab itu, kalau dilihat kehidupan bangsa yang telah maju, mereka senantiasa berkata benar, disiplin dalam bekerja sehingga jarang sekali ada pengecut dan pendusta. Berkata jujur ibarat pelita yang dapat menerangi di malam buta. Dan sebagai lambang atas perangai elok yang disandang serta kemantapan  iman yang tertanam dalam sanubari. Oleh sebab itu, ia acuh tak acuh terhadap akibat yang akan diterima. Lebih-lebih, bila sasaran yang di impi-impikan, hanya memperoleh ridho Allah, sebagai penjelasan atas kebenaran ungkapan tersebut.
Dusta merupakan biang kehancuran ummat, kesengsaraan bangsa, lemah, hina, pertikaian, kehidupan yang memedihkan, dan mara bencana. Dusata membuat iman seseorang terbengkalai atau terkikis. Bahkan bukan tidak mungkin kita akan mendapat predikat munafik.[10]
F.   Bagian Penting Tentang Berperilaku Jujur.
Berikut merupakan beberapa bagian penting tentang berperilaku jujur, yang bisa diambil manfaatnya oleh ummat manusia.[11]
1.    Berkata jujur adalah derajat kedua setelah derajat kenabian. Sesuai dengan firman Allah:
“mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang salih. (QS. An Nisa ayat 69)
2.    Orang yang selalu berkata jujur akan diberi pertolongan oleh Allah dalam setiap keadaan.
3.    Tiga perkara yang akan didapat oleh orang  yang berkata yaitu tutur katanya manis, berkharisma tinggi, dan wajahnya cemerlang.





















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkataan jujur merupakan pondasi umat islam untuk menjadi seorang muslim yang baik. Seseorang muslim dikatakan memiliki kepribadian yang sempurna apabila telah tertanam dalam dirinya sifat-sifat dan perilaku terpuji. Perilaku terpuji dapat pula dikatakan sebagai pondasi yang mampu mendasari serta mengokohkan kepribadian suatu bangsa. Jadi perilaku terpuji itu harus dimiliki oleh setiap muslim karena pada dasarnya perilaku terpuji mencerminkan pribadi muslim yang baik. Adapun diantara macam-macam perilaku terpuji adalah jujur dan saling menyayangi.
Jujur berarti mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada dan melakukan sesuatu menurut apa mestinya. Tidak menambah-nambah dalam mengucapkan sesuatu dan tidak menguranginya, tidak membuat sesuatu yang tidak ada kenyataannya dan tidak mengurangi perlakuan yang hak. Segala hak dan kewajiban baik terhadap dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.
Jujur adalah kebenaran, yaitu sesuai antara perkataan dan kenyataan yang ada dalam hati. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tetapi juga dalam setiap perilaku dan tingkah laku dan perilaku kita sehari-hari, bahkan dalam hal sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan kita diminta untuk jujur. Dalam hadits di atas disebutkan bahwasanya jujur itu dapat mengantarkan kita pada kebaikan dunia dan akhirat, yang nantinya akan membawa kita kesurga. Jadi dengan berkata dan berbuat jujur, kita sudah membuka jalan menuju surga.






DAFTAR PUSTAKA

Almath Faiz. Punccak Ruhani Kaum Sufi. Pustaka Progressif. Surabaya. 1996.

Bakri Oemar. Akhlak Muslim. Angkasa. Bandung. 1993.

Khalid Amr. Buku Pintar Akhlak. Nusantara Lestari Ceria Pratama. Tanggerang. 2010.

Namir Muhammad Sayyid. Karakter Wanita Muslim. Pustaka Progressif. Surabaya. 1992.

Nipan dan Kauma Fuad. kisah-kisah Akhlak Terpuji. Mitra Pustaka. Yogyakarta. 1999.




[1]Sayyid Muhammad Namir. Karakter Wanita Muslim. (Pustaka Progressif. Surabaya. 1992). Hlm: 81
[2] Ibid. hlm: 83
[3] Fuad Kauma dan Nipan. kisah-kisah Akhlak Terpuji. (Mitra Pustaka. Yogyakarta. 1999). Hlm: 87
[4] Ibid. hlm: 88
[5] Oemar Bakri. Akhlak Muslim. (Angkasa. Bandung. 1993). Hlm: 63
[6] Ibid. hlm: 89
[7] Ibid. hlm: 81
[8] Amr Khalid. Buku Pintar Akhlak. (Nusantara Lestari Ceria Pratama. Tanggerang. 2010). Hlm: 77
[9] M Faiz Almath. Punccak Ruhani Kaum Sufi. (Pustaka Progressif. Surabaya. 1996). Hlm: 215
[10] Ibid. hlm: 218
[11] Ibid. hlm: 220-221

Tidak ada komentar:

Posting Komentar